Sistem kekerabatan
merupakan ikatan keluarga yang terjalin sampai generasi dan berlangsung terus
menerus. Sehingga hubungan kekerabatan akan menjadi sangat luas bukan saja
karena memiliki nenek yang sama, tetapi karena perkawinan diantara keluarga
mereka.
Sebagaimana pada
umunya dengan orang Bugis lainnya, sistem kekerabatan orang Barru pada umumnya
dan orang Tanete pada khususnya yaitu Bilateral atau parental dan sangat luas
sebagaimana yang dikemukakan Walinono 1979 : 45), sebagai berikut:
Sistem kekerabatan orang tanete
termasuk sistem bilateral atau parental, yaitu sistem yang mengikuti baik garis
keturunan ibu maupun garis keturunan ayah. Dengan demikian, hubungan
kekerabatan orang Bugis menjadi sangat luas, karena disamping menjadi keluarga
pihak ibu, ia punmenjadi keluarga pihak ayah.
Dalam bahasa Bugis,
sistem kekerabatan dikenal dengan Asseajingeng.
Istilah-istilah Asseajingeng (kekerabatan) orang Bugis dapat diketahui
berdasar apa yang kemukakan oleh Mattulada (1995 : 35-38), yaitu :
A. 1. BoE’ ............................... Buyut, yaitu ibu/ayah/ paman/bibi/dari nenek
2. Kajao .............................. Nenek perempuan, yaitu ibu dari ibu/ ayah dari
Ego, dengan semua saudara-saudara dan sanak-keluarga dalam angkatan dengan
nenek perempuan.
3. Nene’ atau Toa’ .............. Nenek
laki-laki, yaitu ayah dari ibu/ayah dari Ego, dengan semua saudara-saudara dan
sanak-keluarga laki-laki saudara dan sanak-keluarga laki-laki dalam angkatan
setara dengan nenek.
B. 4. Inang atau Indo’ ............. Ibu dari
Ego.
5. Amang atau Ambe’ ......... Ayah dari Ego.
6. Inaure ............................ Bibi, yaitu saudara-saudara perempuan dan
sanak-ke-luarga perempuan, dalam angkatan setara dengan ibu/ayah dari Ego.
7. Amaure .......................... Paman, yaitu saudara laki-laki dan sanak
keluarga laki-laki dari ibu/ayah Ego.
8. Matua ............................ Mertua lelaki/perempuan, yaitu ibu/ayah dan
sanak-keluarga dalam angkatan setara dengan ibu/ayah dari isteri Ego. Juga
ibu/ayah dan sanak keluarga dalam angkatan setara dengan ibu/ayah dari Ego,
bagi isteri Ego.
9. Puru-indo’....................... Ibu tiri, ialah isteri dari ayah Ego, bukan
yang melahir-kan Ego.
10.Puru-ambe’ .................... Ayah tiri, ialah suami dari ibu Ego, yang
membuahi ibu Ego yang melahirkan Ego.
C. 11.Lakkai atau Ambeana’ ... Suami.
1. Waime atau Indoana’ ..... Isteri
Ego.
2. Ana’ dara ....................... Saudari-saudari Ego.
3. Padaoroane .................... Saudara-saudara lelaki dari Ego.
4. Ana’ burane ................... Saudara laki-laki dari isteri Ego, bagi isteri
Ego.
5. Padakkunrai .................. Saudara perempuan dari isteri Ego, bagi isteri
Ego.
6. Ipa’ ................................. Ipar, yaitu saudara perem-puan/laki-laki dan sanak-keluarga dalam
angkatan setara dari isteri Ego. Juga saudara-saudara perempu-an/laki-laki dan
sanak ke-luarga dalam angkatan seta-ra dari Ego, bagi isteri Ego.
7. Baiseng .......................... Mertua
perempuan/laki-laki dari anak-anak dan kema-nakan-kemanakan Ego.
8. Salessureng sikaporo’ .... Saudara-saudara
tiri laki-laki/permpuan dari Ego, yaitu saudara-saudara laki-laki/perempuan
yang tidak sedarah dengan Ego.
9.Sapposiseng ................... Sepupu sekali, yaitu anak-anak lelaki/perempuan
dari saudara-saudara perempu-an/lelaki dari ibu/ayah Ego.
10.Sappokkarua ................. Sepupu-dua kali, yaitu anak-anak lelaki/perem-puan dari sepupu
sekali ayah/ibu Ego.
11.Sappokkatellu ................ Sepupu tiga kali, yaitu anak-anak lelaki/perempu-an dari sepupu dua
kali ayah/ibu Ego.
12. Anri ............................... Adik, ialah semua saudara/ saudari dan sanak-keluarga
perempuan/lelaki dalam angkatan setara dengan Ego, yang dalam usia lebih muda
dari Ego.
13. Daeng ............................ Kakak,
ialah semua sauda-ra/saudari dan sanak-keluarga perempuan/lelaki dalam angkatan
setara dengan Ego, yang dalam usia lebih tua dari Ego.
14. Lago ............................... Suami dari saudari-saudari dan suami dari sepupu-sepupu perempuan
dari isteri Ego.
D. 26.Ana’ ............................... Anak, ialah anak-anak perempuan/ lelaki dari Ego.
27.Anaure ........................... Kemanakan, ialah putera/ puteri dari
saudara-saudari Ego dan isteri serta putera/ puteri dari sanak keluarga Ego dan
isteri Ego dalam angkatan setara dengan Ego.
28.Pura-ana’ ....................... Anak-tiri, yaitu putera/ puteri dari isteri
Ego, yang dibuahi oleh suami yang lain sebelum Ego.
29.Menettu ......................... Menantu, ialah suami atau isteri dari
puter/puteri Ego, serta suami atau isteri kemanakan-kemanakan Ego dan isteri
Ego.
E. 30. Eppo ............................. Cucu, yaitu putera/puteri dari anak-anak
perempuan/ lelaki dan kemanakan-kemanakan Ego.
Dalam masyarakat
Bugis, hubungan kekeraban (Asseajingeng) sangat diperhatikan terutama dalam
pencarian jodoh. Hal ini disebabkan karena ada kecenderungan orang Bugis untuk
melakukan perkawinan dalam lingkungan keluarga sendiri, baik yang dihitung dari
garis keturunan ayah maupun ibu. Dalam hal ini, mencari jodoh dalam kalangan
keluarga sendiri dianggap dapat memperdekat hubungan kekeluargaan atau
memperdekat hubungan kekeluargaan yang sudah agak jauh.
No comments:
Post a Comment