Saturday 14 March 2015

SISTEM KEKERABATAN

Sistem kekerabatan merupakan ikatan keluarga yang terjalin sampai generasi dan berlangsung terus menerus. Sehingga hubungan kekerabatan akan menjadi sangat luas bukan saja karena memiliki nenek yang sama, tetapi karena perkawinan diantara keluarga mereka.
Sebagaimana pada umunya dengan orang Bugis lainnya, sistem kekerabatan orang Barru pada umumnya dan orang Tanete pada khususnya yaitu Bilateral atau parental dan sangat luas sebagaimana yang dikemukakan Walinono 1979 : 45), sebagai berikut:
Sistem kekerabatan orang tanete termasuk sistem bilateral atau parental, yaitu sistem yang mengikuti baik garis keturunan ibu maupun garis keturunan ayah. Dengan demikian, hubungan kekerabatan orang Bugis menjadi sangat luas, karena disamping menjadi keluarga pihak ibu, ia punmenjadi keluarga pihak ayah.

Dalam bahasa Bugis, sistem kekerabatan dikenal dengan Asseajingeng. Istilah-istilah Asseajingeng (kekerabatan) orang Bugis dapat diketahui berdasar apa yang kemukakan oleh Mattulada  (1995 : 35-38), yaitu :
A.   1.  BoE’ ............................... Buyut, yaitu ibu/ayah/ paman/bibi/dari nenek
2.  Kajao .............................. Nenek perempuan, yaitu ibu dari ibu/ ayah dari Ego, dengan semua saudara-saudara dan sanak-keluarga dalam angkatan dengan nenek perempuan.
3.  Nene’ atau Toa’ .............. Nenek laki-laki, yaitu ayah dari ibu/ayah dari Ego, dengan semua saudara-saudara dan sanak-keluarga laki-laki saudara dan sanak-keluarga laki-laki dalam angkatan setara dengan nenek.
B.  4.  Inang atau Indo’ ............. Ibu dari Ego.
5.  Amang atau Ambe’ ......... Ayah dari Ego.
6.  Inaure ............................ Bibi, yaitu saudara-saudara perempuan dan sanak-ke-luarga perempuan, dalam angkatan setara dengan ibu/ayah dari Ego.
7.  Amaure .......................... Paman, yaitu saudara laki-laki dan sanak keluarga laki-laki dari ibu/ayah Ego.
8.  Matua ............................ Mertua lelaki/perempuan, yaitu ibu/ayah dan sanak-keluarga dalam angkatan setara dengan ibu/ayah dari isteri Ego. Juga ibu/ayah dan sanak keluarga dalam angkatan setara dengan ibu/ayah dari Ego, bagi isteri Ego.
9.  Puru-indo’....................... Ibu tiri, ialah isteri dari ayah Ego, bukan yang melahir-kan Ego.
10.Puru-ambe’ .................... Ayah tiri, ialah suami dari ibu Ego, yang membuahi ibu Ego yang melahirkan Ego.
C.  11.Lakkai atau Ambeana’ ... Suami.
1.    Waime atau Indoana’ ..... Isteri Ego.
2.    Ana’ dara ....................... Saudari-saudari Ego.
3.    Padaoroane .................... Saudara-saudara lelaki dari Ego.
4.    Ana’ burane ................... Saudara laki-laki dari isteri Ego, bagi isteri Ego.
5.    Padakkunrai .................. Saudara perempuan dari isteri Ego, bagi isteri Ego.
6.    Ipa’ ................................. Ipar, yaitu saudara perem-puan/laki-laki dan sanak-keluarga dalam angkatan setara dari isteri Ego. Juga saudara-saudara perempu-an/laki-laki dan sanak ke-luarga dalam angkatan seta-ra dari Ego, bagi isteri Ego.
7.    Baiseng .......................... Mertua perempuan/laki-laki dari anak-anak dan kema-nakan-kemanakan Ego.
8.    Salessureng sikaporo’ .... Saudara-saudara tiri laki-laki/permpuan dari Ego, yaitu saudara-saudara laki-laki/perempuan yang tidak sedarah dengan Ego.
9.Sapposiseng ................... Sepupu sekali, yaitu anak-anak lelaki/perempuan dari saudara-saudara perempu-an/lelaki dari ibu/ayah Ego.
10.Sappokkarua ................. Sepupu-dua kali, yaitu anak-anak lelaki/perem-puan dari sepupu sekali ayah/ibu Ego.
11.Sappokkatellu ................ Sepupu tiga kali, yaitu anak-anak lelaki/perempu-an dari sepupu dua kali ayah/ibu Ego.
12. Anri ............................... Adik, ialah semua saudara/ saudari dan sanak-keluarga perempuan/lelaki dalam angkatan setara dengan Ego, yang dalam usia lebih muda dari Ego.
13. Daeng ............................ Kakak, ialah semua sauda-ra/saudari dan sanak-keluarga perempuan/lelaki dalam angkatan setara dengan Ego, yang dalam usia lebih tua dari Ego.
14. Lago ............................... Suami dari saudari-saudari dan suami dari sepupu-sepupu perempuan dari isteri Ego.
D.  26.Ana’ ............................... Anak, ialah anak-anak perempuan/ lelaki dari Ego.
27.Anaure ........................... Kemanakan, ialah putera/ puteri dari saudara-saudari Ego dan isteri serta putera/ puteri dari sanak keluarga Ego dan isteri Ego dalam angkatan setara dengan Ego.
28.Pura-ana’ ....................... Anak-tiri, yaitu putera/ puteri dari isteri Ego, yang dibuahi oleh suami yang lain sebelum Ego.
29.Menettu ......................... Menantu, ialah suami atau isteri dari puter/puteri Ego, serta suami atau isteri kemanakan-kemanakan Ego dan isteri Ego.
E.   30. Eppo ............................. Cucu, yaitu putera/puteri dari anak-anak perempuan/ lelaki dan kemanakan-kemanakan Ego.


Dalam masyarakat Bugis, hubungan kekeraban (Asseajingeng) sangat diperhatikan terutama dalam pencarian jodoh. Hal ini disebabkan karena ada kecenderungan orang Bugis untuk melakukan perkawinan dalam lingkungan keluarga sendiri, baik yang dihitung dari garis keturunan ayah maupun ibu. Dalam hal ini, mencari jodoh dalam kalangan keluarga sendiri dianggap dapat memperdekat hubungan kekeluargaan atau memperdekat hubungan kekeluargaan yang sudah agak jauh.

No comments:

Post a Comment