Zaman prasejarah di Sinjai
mencapai puncak keemasannya sekitar abad XIII samapi abad XV dengan peninggalan
yang sangat kaya dan memperlihatkan suatu tingkat budaya yang sangat tinggi dan
dapat disejajarkan dengan kebudayaan yang sama di Sulawesi Selatan seperti
situs Tinco dan Sewo di Soppeng dan situs Allekkuangnge
di Bone. Peninggalan arkeologis memberikan indikasi yang menguatkan akan
keemasannya seperti dolmen, dakon, lumpang, temu gelang, tahta batu, batu
pemujaan, batu pelantikan, pundek berundak. Bahkan juga terdapat keramik dan
gerabah yang semakin memperkaya khasanah budaya Sinjai.
Dalam kawasan Lalengbata yang merupakan pusat kerajaan Lamatti terdapat peninggalan berupa lebih dari 200 buah lumpang batu
dengan berbagai ukuran. Selain lumpang batu, ditemukan pula batu pelantikan, batu babang atau batu pintu, calo-calo. Kekayaan lain adalah
ditemukannya kuburan kuno, menhir. Khusus untuk batu dakonnya sampai hari ini
belum ditemukan. Peninggalan berupa keramik juga turut memperkaya situs ini.
Kekayaan yang tak kalah menariknya
adalah situs Ale Tondong yang dulunya
merupakan pusat Kerajaan Tondong di Alehanuae dengan peninggalan berupa lumpang
batu, dakon, pecahan gerabah, keramik asing, tahta batu serta goresan-goresan
(sudah tidak ditemukan lagi karena ditumbuhi lumut). Berdampingan dengan Ale Tondong adalah Ale Bulo-Bulo yang terletak di atas bukit yang juga sangat kaya
dengan lumpang batu, batu tahta, dakon, pecahan gerabah dan keramik. Masih dalam
situs Bulo-Bulo, kea rah kaki bukit ada situs yang tak kalah menariknya yaitu
situs Topekkong yakni Batu Perjanjian
yang dikelilingi benteng alam berupa tumpukan batu yang berisi tanah. Situs lain
yang tak kalah pentingnya yaitu situs Tallasa
yang terletak tidak jauh dari situs Topekkong
dengan koleksi berupa lumpang batu dan dakon serta mata air yang sejuk.
No comments:
Post a Comment