Tuesday 17 March 2015

PRASEJARAH SINJAI

Zaman prasejarah di Sinjai mencapai puncak keemasannya sekitar abad XIII samapi abad XV dengan peninggalan yang sangat kaya dan memperlihatkan suatu tingkat budaya yang sangat tinggi dan dapat disejajarkan dengan kebudayaan yang sama di Sulawesi Selatan seperti situs Tinco dan Sewo di Soppeng dan situs Allekkuangnge di Bone. Peninggalan arkeologis memberikan indikasi yang menguatkan akan keemasannya seperti dolmen, dakon, lumpang, temu gelang, tahta batu, batu pemujaan, batu pelantikan, pundek berundak. Bahkan juga terdapat keramik dan gerabah yang semakin memperkaya khasanah budaya Sinjai.
Dalam kawasan Lalengbata yang merupakan pusat kerajaan Lamatti terdapat peninggalan berupa lebih dari 200 buah lumpang batu dengan berbagai ukuran. Selain lumpang batu, ditemukan pula batu pelantikan, batu babang atau batu pintu, calo-calo. Kekayaan lain adalah ditemukannya kuburan kuno, menhir. Khusus untuk batu dakonnya sampai hari ini belum ditemukan. Peninggalan berupa keramik juga turut memperkaya situs ini.

Kekayaan yang tak kalah menariknya adalah situs Ale Tondong yang dulunya merupakan pusat Kerajaan Tondong di Alehanuae dengan peninggalan berupa lumpang batu, dakon, pecahan gerabah, keramik asing, tahta batu serta goresan-goresan (sudah tidak ditemukan lagi karena ditumbuhi lumut). Berdampingan dengan Ale Tondong adalah Ale Bulo-Bulo yang terletak di atas bukit yang juga sangat kaya dengan lumpang batu, batu tahta, dakon, pecahan gerabah dan keramik. Masih dalam situs Bulo-Bulo, kea rah kaki bukit ada situs yang tak kalah menariknya yaitu situs Topekkong yakni Batu Perjanjian yang dikelilingi benteng alam berupa tumpukan batu yang berisi tanah. Situs lain yang tak kalah pentingnya yaitu situs Tallasa yang terletak tidak jauh dari situs Topekkong dengan koleksi berupa lumpang batu dan dakon serta mata air yang sejuk.

No comments:

Post a Comment